Home » » PANDANGAN AGAMA BUDDHA TERHADAP KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

PANDANGAN AGAMA BUDDHA TERHADAP KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP



Nama   : Didik Susilo                                                  Dosen              : Sukkhitta Dewi, S. Pd.B
NIM    : 12.1.214                                                        Mata Kuliah    : Agama Buddha & IP
PANDANGAN AGAMA BUDDHA TERHADAP KELESTARIAN
LINGKUNGAN HIDUP
A.    LATAR BELAKANG
Lingkungan hidup merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Lingkungan hidup dan manusia memiliki keterkaitan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Berdasarkan data Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) tahun 2012, disimpulkan bahwa: “Kualitas Lingkungan Hidup masih memburuk namun laju kerusakan dan laju pencemarannya berkurang”. Kualitas Lingkungan Hidup ini meliputi kualitas udara, air, tutupan lahan dan hutan, pesisir dan laut, dan keanekaragaman hayati di Indonesia.
Permasalahan lingkungan hidup merupakan permasalahan yang komplek dan dalam mengatasinya diperlukan keseriusan dan partisipasi oleh pihak-pihak yang terkait. Mencermati kualitas lingkungan hidup di Indonesia yang memprihatinkan, tentu saja menimbulkan kecemasan akan dampak yang akan ditimbulkannya. Dampak dari kualitas lingkungan hidup rendah dikawatirkan akan menimbulkan bencana alam, baik itu bencana alam yang alami atau bencana alam yang timbul dari ulah manusia sendiri.
Buddha mengumpamakan peningkatan kesejahteraan sebagai jalannya kereta beroda empat. Dengan memiliki empat roda kemakmuran, manusia (dan dewa) akan hidup makmur atau sukses. Roda pertama, tempat tinggal yang sesuai, menyangkut lingkungan fisik dan non-fisik dalam arti yang seluas-luasnya; Kedua, pergaulan dengan orang-orang yang mulia; Ketiga, mengarahkan atau menyesuaikan dan menempatkan diri secara benar; Keempat, adanya timbunan jasa kebajikan (A.II.31).
Menyadari betapa pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan hidup merupakan hal yang tak terpisahkan dari manusia. Oleh karena itu di dalam artikel ini akan dijelaskan tentang pandangan agama Buddha terhadap kelestarian lingkungan hidup.

B.     PENYEBAB KERUSAKAN  LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA
Kerusakan lingkungan hidup merupakan salah satu akibat dari rendahnya kualitas lingkungan hidup. Penyebab kerusakan lingkungan hidup secara umum bisa dikategorikan dalam dua faktor yaitu akibat peristiwa alam dan akibat ulah manusia.
Letusan gunung berapi, banjir, abrasi, tanah longsor, angin puting beliung, gempa bumi, dan tsunami merupakan beberapa contoh bencana alam. Bencana-bencana tersebut menjadi penyebab rusaknya lingkungan hidup akibat peristiwa alam. Meskipun jika ditelaah lebih lanjut, bencana seperti banjir, abrasi, kebakaran hutan, dan tanah longsor bisa saja terjadi karena adanya campur tangan manusia juga.
Penyebab kerusakan lingkungan yang kedua adalah akibat ulah manusia. Kerusakan yang disebabkan oleh manusia ini justru lebih besar dibanding kerusakan akibat bencana alam. Ini mengingat kerusakan yang dilakukan bisa terjadi secara terus menerus dan cenderung meningkat. Kerusakan ini umumnya disebabkan oleh aktifitas manusia yang tidak ramah lingkungan seperti perusakan hutan dan alih fungsi hutan, pertambangan, pencemaran udara, air, dan tanah dan lain sebagainya.
C.    BENCANA ALAM MENURUT PANCA NIYAMA
Panca Niyama merupakan lima hukum universal yang mengatur segala sesuatu di dunia ini. Di dalam buku Manuals of Buddhism panca niyama (Five Cosmic Orders) terbagi menjadi: 1) iklim (Utu Niyama), 2) biji atau genetika (Bija Niyama), 3) kemauan tindakan (Kamma Niyama), 4) hukum alamiah (Dhamma Niyama), 5) pikiran atau kesadaran (Citta Niyama).
Utu Niyama mengatur tentang iklim dan energi. Contohnya adalah terjadinya angin, hujan, petir, siang, malam, rotasi bumi, dll. Bencana alam yang bersifat alami seperti gempa bumi, gunung meletus, topan, dll merupakan bagian dari Utu Niyama.
Kebakaran hutan, banjir, hujan asam,tanah longsor merupakan contoh dari bencana yang disebabkan oleh manusia. Berkaitan dengan Panca Niyama, campur tangan/tindakan manusia seperti perusakan hutan dan alih fungsi hutan, pertambangan, pencemaran udara, air, dan tanah dan lain sebagainya ini masuk kedalam Kamma Niyama.

D.    SAMMA DITTHI SEBAGAI DASAR BERKESADARAN LINGKUNGAN
Samma ditthi merupakan bagian dari jalan utama berunsur delapan yang diajarkan oleh Buddha. Dalam bahasa Indonesia Samma ditthi berarti pandangan benar atau pengertian benar. “pandangan benar adalah pengetahuan atau pemahaman mengenai dukkha, sebab dukkha, penghentian dukkha, serta jalan menuju penghentian dukkha” (Digha Nikaya).
Pandangan benar perlu dipahami sebagai suatu pemahaman yang mendalam terhadap segala sesuatu bukan secara intelektual saja, namun juga telah menyatu dalam diri sebagai suatu cara hidup sehingga pandangan benar akan terwujud ketika pikiran atau kehendak, perbuatan dan ucapan seseorang benar. Pandangan benar yang benar-benar terlatih sempurna dengan dukungan unsur-unsur lainnya itulah kebenaran sejati.
Peran pandangan benar sangat penting sebagai langkah awal seseorang memulai aktifitas, oleh karena itu penting untuk melatih dan mengembangkan pandangan benar. Syarat untuk melatih dan mengembangkan pandangan benar adalah memahami:
1.      Yang bajik dan yang tak bajik (kusala dan akusala)
2.      Empat kebenaran mulia (cattari ariya saccani)
3.      Tiga corak umum (tilakkhana)
4.      Kesalingterikatan antar segala sesuatu (paticcasamuppada)
5.      Kotoran batin dan cara melenyapkan
Ke-lima hal ini perlu untuk dipahami untuk melatih dan mengembangkan pandangan benar.
Kaitannya dengan lingkungan hidup, kita harus menyadari dan memahami sepenuhnya bahwa alam seisinya bukan hanya untuk manusia saja, tetapi untuk semua makhluk tanpa kecuali. Semua makhluk berhak untuk memanfaatkannya demi untuk kelangsungan hidup mereka. Sehingga diperlukan pandangan benar sebagai pondasi untuk menciptakan kondisi lingkungan hidup yang ideal untuk semua makhluk.
Dari pandangan benar akan timbul pikiran benar, dari pikiran benar timbul ucapan benar, dari ucapan benar muncul perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar dan akhirnya dengan kesemuanya ini akan menimbulkan kondisi lingkungan yang ideal bagi semua makhluk. Oleh karena itu pandangan benar perlu untuk di latih dan dikembangkan agar kondisi lingkungan hidup yang ideal dapat terwujud.


E.     DAMPAK LOBHA TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN
Pada dasarnya kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh manusia tidak lepas dari lobha (keserakahan) dan moha (kebodohan batin), namun disini faktor terbesar adalah lobha. perusakan hutan, alih fungsi hutan, pertambangan merupakan contoh-contoh dari keserakahan manusia terhadap lingkungan. Eksploitasi sumber daya alam yang dilakukan manusia secara besar-besaran demi mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya merupakan hal yang sering dilakukan oleh manusia. Metode eksploitasi yang tidak ramah lingkungan dan tidak memperhatikan dampak yang akan timbul dari eksploitasi menjadi penyebab rusaknya lingkungan.
Keserakahan harus ditekan dan dikendalikan, jangan hanya karena faktor keuntungan yang melimpah, kelestarian lingkungan tidak diperhatikan. Perlu diingat bahwa kita hidup di dunia bergantung pada alam. Contoh sederhananya tumbuhan menghasilkan oksigen yang dibutuhkan manusia, dan tumbuhan membutuhkan karbon dioksida yang dikeluarkan oleh manusia untuk proses fotosintesis. Kesimpulannya adalah manusia dan lingkungan hidup saling bergantung satu sama lain. Oleh karena itu keserakahan perlu ditekan agar kerusakan lingkungan tidak menjadi lebih buruk lagi.

F.     RELEVANSI VIPASSANA
Ada dua jenis meditasi dalam agama Buddha, yaitu meditasi ketenangan (samatha) dan pandangan terang (vipassana). Untuk mengembangkan pandangan terang dapat menggunakan obyek meditasi pernafasan (anapanassati) dan analisa terhadap empat unsur (dhatu). Selain itu setiap kita sadar sepenuhnya dengan apa yang kita lakukan itu juga bisa disebut sebagai vipassana.
Manfaat dari pelaksanaan vipassana adalah untuk mencegah, mengurangi, dan melenyapkan keserakahan. Dengan hancurnya keserakahan maka akan muncul pengendalian diri, dengan pengendalian diri maka manusia akan mulai mengembangkan cinta kasih dan aspek positif lainya sehingga akan berdampak luas terhadap berbagai hal, salah satunya adalah terciptanya kondisi lingkungan yang ideal bagi semua makhluk.
G.    KESIMPULAN
Kelestarian lingkungan hidup perlu dijaga. Berawal dari keserakahan (lobha) dan pandangan salah manusia kerusakan lingkungan hidup terjadi hal ini mengakibatkan kualitas lingkungan hidup menurun dan terjadi bencana. Kesadaran tentang lingkungan hidup diperlukan agar terjadi kondisi lingkungan hidup yang ideal bagi semua makhluk, salah satu caranya adalah dengan praktek vipassana. Jadi saatnya kita mulai menjaga dan melestarikan lingkungan hidup dimana kita tinggal. 

H.    SUMBER REFERENSI
1.      http://alamendah.org/2014/08/01/kerusakan-lingkungan-hidup-di-indonesia-dan-penyebabnya/ diakses pada tanggal 5 maret 2015 pada pukul 15:54 WIB
2.      https://smaratungga.wordpress.com/2007/10/24/kesadaran-terhadap-lingkungan-hidup/ diakses pada tanggal 5 maret 2015 pada pukul 16:27 WIB
4.      Venerable Ledi Sayadaw, Manuals of Buddhism (.pdf), (Association for Insight Meditation, 2013)
5.      Wijaya, Willy Yandi, Pandangan Benar (.pdf), (Yogyakarta: Insight), 2008
6.      Mahasi Sayadaw, Dasar-Dasar Meditasi Vipassana (.pdf), (Vihara Padumuttara), 2008






Share this on your favourite network

0 comments:

Post a Comment

Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS